Senin, 14 November 2011

EEG sebagai alat komunikasi Pasien vegetatif


Adanya metode untuk berkomunikasi dengan pasien yang mengalami kerusakan otak dan tampaknya berada dalam keadaan vegetatif (koma) telah ditemukan oleh para ilmuwan di Inggris dan Belgia. Para peneliti menggambarkan bagaimana mereka mengukur aktivitas listrik di otak untuk mendeteksi kesadaran. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal medis The Lancet.

Teknik yang dikenal sebagai EEG, tidak menyakitkan dan melibatkan pengaliran elektroda ke kepala. Dokter berharap hal tersebut dapat digunakan sebagai alat diagnostik di rumah dan rumah sakit. Percobaan tersebut telah melibatkan 16 pasien di Addenbrooke's Hospital Cambridge dan University Hospital of Liege di Belgium. Semua pasien tersebut telah didiagnosa dalam keadaan vegetatif.

Keadaan vegetatif merupakan suatu kondisi dimana seseorang terjaga, tetapi tidak memiliki rasa kesadaran diri atau kesadaran dengan lingkungan mereka. Para pasien diminta untuk membayangkan jari-jari kaki mereka menggeliat atau meremas tangan kanan mereka. Aktivitas otak pada 3 dari 16 pasien menunjukkan bahwa, mereka berulang kali mampu mengikuti perintah.
Banyak daerah otak yang diaktifkan ketika seseorang melakukan gerakan, dan dapat juga diaktifkan dengan membayangkan melakukan suatu hal. Kami tahu 3 pasien sadar karena mereka mampu merespon berulang kali untuk instruksi yang kami berikan. Bahkan salah satu dari pasien mampu melakukan instruksi tersebut lebih dari 100 kali. Tim dari MRC Cognition and Brain Sciences Unit in Cambridge sebelumnya menduga bahwa, mungkin untuk berkomunikasi dengan beberapa pasien vegetatif menggunakan gambaran functional magnetic resonance imaging (fMRI). Tetapi pasien cedera otak yang tidak dapat dinilai dengan metode pemeriksaan tersebut karena mereka memiliki pelat logam atau pin, atau mereka tidak mampu untuk tetap diam.
Perangkat EEG merupakan alat yang relatif murah dan portabel. Hal tersebut menarik karena alat tersebut dapat digunakan ketika mengunjungi pasien di rumah jompo, dan menilai lebih banyak pasien yang tidak dirawat di rumah sakit. Sehingga perangkat tersebut dapat digunakan secara lebih luas karena merupakan perangkat portable. Untuk sebagian kecil pasien, EEG dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam proses diagnostik. Namun perangkat tersebut akan menjadi tambahan alat yang berguna, bukan sebagai pengganti alat sebelumnya yang digunakan untuk menilai keparahan cedera otak pasien. Pendekatan tersebut telah menyarankan cara yang sederhana dan praktis di mana beberapa pasien dapat dibantu untuk berkomunikasi. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi dan mendukung hasil penelitian tersebut.

Senin, 10 Januari 2011

Apakah pencabutan Subsudi BBM, berdampak pada kesehatan?


Banyak pro dan kontra adanya pencabutan subsidi BBM. Karena setiap keputusan pastilah ada positif dan negatifnya. beberapa pihak mendukung penuh jika pemerintah mencabut subsidi BBM dengan alasan sekitar 93 persen BBM bersubsidi dipakai oleh pemilik kendaraan pribadi. Sisanya 3 persen untuk angkutan umum dan 4 persen angkutan orang.

Melihat itu, Bambang menilai kebijakan pemerintah selama ini menyuburkan pemakaian kendaraan pribadi yang boros BBM. Yang tak kalah pentingnya, sambung Bambang, angkutan umum yang sebenarnya efisien dan membuat tubuh menjadi sehat, seperti sepeda dan jalan kaki, menjadi tak popular dan mati secara perlahan-lahan. Memang akibat kebijakan pemerintah yang memanjakan pemilik kendaraan membuat masyarakat semakin jarang beraktivitas. Berdasarkan penelitian yang dibuatnya, hampir 50 persen masyarakat Indonesia tidak aktif bergerak sebab setiap bepergian memilih naik kendaraan, lebih 90 persen kurang makan sayur, yang menandakan jauh dari pola hidup sehat.

Bebebrapa pihak berpendapat bahwa, "Itu karena harga BBM sangat murah. Masyarakat tak suka naik sepeda, apalagi jalan kaki sebab gengsi. Sehingga membuat kualitas kehidupan masyarakat merosot drastis." ada juga beberapa pihak yang tidak setuju terutama rakyat miskin karena mereke beraktivitas menggunakan kendaraan, ya mungkin kita tak tau kriteria rakyat miskin itu seperti apa.

Sesuai penelitian yang dibuatnya pada beberapa pihak bahwa 2055 karyawan seluruh bank di Jatim yang sehat hanya 4 persen (85 orang). Sisanya alias 86 persen tidak sehat bukan karena susah, tapi kegemukan akibat malas bergerak. Sekilas ini hanya penelitian singkat, dan mungkin bisa jadi prediksi untuk ke depan

Selasa, 14 Desember 2010

Perlunya seorang apoteker menjelakan efek dan obat pada masyarakat


Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam hal ini menjelaskan bahwaperlunya  masyarakat pengguna obat-obatan medis memiliki hak mendapat penjelasan mengenai efek obat dan rekomendasi jenis obat yang sebaiknya digunakan dari apoteker dimananahak penjelasan tersebut merupakan implementasi fungsi "pharmceutical care" atau pengasuhan farmasi dari seorang apoteker, sebagaimana diamanatkan dalam UU 38/2009 tentang Kesehatan.Memang sebenarnya masyarakat kita harus dilindungi dari serangan obat-obatan berbahaya. Karena itu, fungsi apoteker sekarang berubah dari sekadar 'pelayan toko' menjadi pengasuh farmasi.
Dia menambahkan, di Indonesia saat ini terdapat sekitar 16 ribu jenis obat dengan pertumbuhan sekitar 300 merek per bulan. Obat-obatan itu nyaris secara keseluruhan terdistribusi di 12 ribu apotek di Indonesia. Jika apoteker tak melakukan fungsi perlindungannya, katanya, maka masyarakat pengguna bisa terkena efek jangka panjang dari bahan-bahan kimiawi obat-obatan. Terlebih iklan obat saat ini begitu gencar diterbitkan di media sehingga jika tak diberikan informasi lebih dalam, masyarakat tidak akan mengetahui dampak lain obat selain informasi khasiat. Sebenarny obat itu bahan berbahaya. Jika dosis tidak tepat atau salah menggunakan jenis obat, efeknya luar biasa. Contohnya, penggunaan parasetamol secara kontinyu dan jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan hepar atau toxicity pada hepar.
Sehingga apoteker saat ini diwajibkan hadir di apoteker, dan dilarang mendistribusikan kewenangannya pada pelayan apotek lain.Itulah.

Jumat, 10 Desember 2010

Mari merubah gaya hidup untuk hindari penyakit.


Banyak Penyakit-penyakit yang dulu dikenal sebagai penyakit akibat Life style atau gaya hidup, belakangan ini tidak hanya ditemui di negara-negara industri tapi sudah menjadi penyakit yang mengglobal hingga ke negara-negara berkembang.

Penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi menggantikan penyakit infeksi seperti AIDS, Malaria atau TBC sebagai penyebab kematian. 60 persen kasus kematian di dunia disebabkan penyakit-penyakit akibat gaya hidup tersebut, dan tendensinya meningkat.
Pusat Studi Kesehatan dan Kesehatan Kawasan Tropis mengamati, bahwa saat ini lebih banyak orang meninggal akibat penyakit gangguan peredaran darah, diabetes atau kelebihan lemak dibanding penyakit infeksi. Meski demikian dengan pengecualian Selatan Sahara. Di sana AIDS masih menjadi penyebab kematian terbesar.
Perkembangan ini merupakan hasil perubahan gaya hidup. Sebuah hasil kebiasaan makan yang buruk. Terlalu banyak garam, terlalu banyak gula, terlalu banyak lemak. Fakta bahwa makanan murah kebanyakan tidak begitu sehat. Selain itu kita tidak lagi terlalu banyak bergerak seperti dulu. Semua faktor-faktor yang merugikan kesehatan warga di Eropa ini, kini juga kita lihat di belahan lain dunia.
Cukup lama penyakit kronis seperti kelebihan lemak atau tekanan darah tinggi dipandang sebagai penyakit masyarakat yang sejahtera, sebagai penyakit akibat gaya hidup di negara-negara industri lama di Barat. Hal itu berubah akibat globalisasi dan urbanisasi. Juga di Afrika, makanan-makanan tradisional digantikan dengan makanan-makanan industri jadi.
Di negara-negara Arab dikonsumsi minuman softdrink yang banyak mengandung gula. Dan industri rokok yang menghadapi peraturan larangan merokok yang ketat di Uni Eropa dan Amerika Serikat, berusaha mencari pasaran baru di Asia.
Oleh sebab itu globalisasi dan meluasnya penyakit kronis memiliki kaitan, namun istilah bahwa penyakit di kalangan berada sudah tidak cocok lagi. Kata Pekka Puskan Ketua Federasi Jantung Dunia, "Pemikiran bahwa itu adalah penyakit di kalangan warga berada sudah berlalu, karena penyakit-penyakit ini justru menyebar di negara-negara miskin. Dan juga di kebanyakan negara Eropa, faktor risiko untuk penyakit kronis terutama terletak pada lapisan yang berpendapatan rendah. Penyakit ini semakin terkait dengan kemiskinan dan menurunnya tingkat sosial. Penyebab penyakit ini terletak pada faktor sosial ekonomi tapi juga sebaliknya. Terutama di negara-negara berkembang, orang-orang yang menderita penyakit ini juga merupakan korban kemiskinan, karena tidak ada jasa pelayanan sosial atau bantuan keuangan bagi mereka. Dengan kata lain, kemiskinan menyebabkan penyakit kronis dan penyakit-penyakit ini mengakibatkan kemiskinan. Demikian dipaparkanPekka Puskan.

80 persen orang yang meninggal akibat penyakit kronis saat ini berasal dari negara-negara yang berpendapatan rendah sampai menengah. Semakin banyak ilmuwan, tokoh politik dan organisasi internasional menyadari masalah tersebut. Tapi selain diabetes atau penyakit gangguan peredaran darah dan jantung masih ada bidang penyakit kronis lain yang selama ini dampaknya kurang disadari,  yakni penyakit psikis seperti depresi dan stres.

Senin, 29 November 2010

Pengendalian Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) pada tahun 2011


Baru-baru ini Kemenkes mengadakan ‘Progam Jaminan Persalinan' pada tahun 2011 dimaksudkan dalam hal ini seluruh biaya persalinan mulai dari sebelum, saat, hingga setelah persalinan bagi ibu yang sedang hamil akan ditanggung dengan syarat, proses persalinan itu dilakukan di rumah sakit kelas III atau puskesmas. Kemenkes menjamin akan menanggung biaya persalinan mulai dari pemeriksaan sebanyak empat kali sebelum persalinan, saat persalinan, dan tiga kali kontrol setelah persalinan Kemenkes meluncurkan 'Program Jaminan Persalinan' untuk menekan angka kematian ibu bersalin. Saat ini Kemenkes mencatat jumlah kematian ibu masih di atas 228 orang per 100 ribu penduduk. “Jumlah itu masih sangat tinggi, dengan adanya progam ini diharapkan angka kematian dapat berkurang. Proses pemberian jaminan persalinan ini diberikan seperti jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Dana yang dikeluarkan untuk program ini diperkirakan mencapai Rp 2,3 triliun. Dalam hal ini memang juga diperlukan memperbaiki penatalaksanaan pelayanan dan peningkatan kesadaran para pemberi pelayaan kesehatan untuk lebih sadar biaya dan sadar mutu pelayanan dengan beberapa pelayanan yang ada saat ini. Semua harus kita benahi secara terencana. Dalam kondisi darurat semua faslitas kesehatan berkewajiban memberi pertolongan, jika dia peserta Jamkesmas be rilah pertolongan terlebih dahulu, urus administrasi kemudian

Kita ketahui bahwa sejak tahun 1988, Departemen Kesehatan RI memfokuskan programnya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, sebagai reaksi terhadap angka kematian ibu yang masih sangat tinggi di Indonesia. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2002-2003, angka kematian bayi di Indonesia mengalami penurunan dari 46 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2003). Sedangkan angka kematian ibu juga mengalami penurunan dari 421 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1998-2003. Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR), bukan saja merupakan indikator kesehatan wanita, tetapi juga menggambarkan tingkat akses, integritas dan efektivitas sektor kesehatan. Oleh karena itu, MMR juga sering digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan dari suatu negara.
Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab masalah tersebut, termasuk kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan buruk, yang berdampak pada lebih dari 200.000 kematian ibu setiap tahunnya. Sebagai tambahan, status dan pendidikan wanita yang rendah, terutama di pedesaan, memberikan dampak negatif pada kematian maternal. Keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan hampir 40% wanita melahirkan tanpa pertolongan tenaga kesehatan terampil dan 70% tidak mendapatkan pelayanan pasca persalinan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Dalam puskesmas terutama sebenarnya proses tindakan tidak hanya kuratif dan preventif seperti yang ada di RS namun mencakup komperhensif diharapkan. Sehingga peran dalam puskesmas juga penting dalam hal ini.  

Adanya ‘Progam Jaminan Persalinan' untuk 2011 diharapkan hal ini dapat terealiasasikan dan dapat mengandalikan angka kematian pada ibu dimana kesehatan maternal merupakan slogan yang ada pada 2010 saat ini yang dulu kita ketahui slogan “Indonesia Sehat 2010”. 


Senin, 22 November 2010

Manajeman bencana harus lebih baik lagi


Bencana merupakan sebuha fenomena alam yang tak dapat kita ketahui kapan terjadi dan kapan berakhir, karena dalam hal ini adalah fenomena alam. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. Bencana memang terdapat beberapa macam klasifikasi :
  1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
     
  2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
    Ada juga berdasar wilayah yaitu Bencana Lokal dan Bencana Regional.
Dalam penanganan bencana Indonesia memiliki sebuah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana dalam hal ini setiap menteri yang terliba juga berperan serta dalam hal ini. Beberapa minggu ini kita terdapat adanya bencana alam yaitu Letusan Gunung Merapi, Mentawai dan Wasior, bahkan di tahun-tahun sebelumnya kita juga mengalami banyak bencana baik bencana alam ataupun bencana karena ulah manusia. Beberapa minggu ini kita mengalami bencana alam yang memang memakan waktu lama yaitu letusan Gunung Merapi yang kembali mengancam Indonesia Khususnya Provinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah (Klaten, Boyolali, Magelang,dll). Sejumlah pengamatan terhadap gunung teraktif di Indonesia ini menunjukkan tanda bahaya lantaran dikhawatirkan akan mengeluarkan letusan. Seiring dengan ancaman dari Gunung merapi tersebut, maka sejumlah upaya antisipasi penyelamatan dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi ledakan dari gunung tersebut. Mulai dari simulasi tindakan penyelamatan hingga pembangunan sejumlah infrastruktur tambahan untuk mengeliminasi melebarnya ancaman ledakan. Adapun gambaran singkat Proses Bencana dan manajemen bencana :


Hanya saja, kalau disimak lebih dekat dalam persoalan antisipasi bencana ledakan Gunung Merapi bisa kita simpulkan kalau manajemen antisipasi bencana Merapi berlangsung sporadis dan tidak dikonsep dengan matang sejak awal. Padahal, ancaman Merapi sudah berlangsung sejak lama dan setiap tahunnya menunjukkan eskalasi letusan yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Misalnya, pembangunan infrastruktur sarana penyelamatan baru dibangun manakala tingkat eskalasi ancaman ledakan Merapi sudah makin membesar. Ketika pengamatan terhadap Merapi menunjukkan tingkat bahaya, barulah pemerintah sibuk dengan pembangunan infrastruktur penyelamatan. Bisa dibayangkan bagaimana kalau di tengah-tengah pembangunan dam penahan lahar tiba-tiba terjadi letusan. Harusnya, pembangunan infrastruktur penyelamatan dilakukan jauh-jauh hari ketika kondisi Merapi aman dan tenang atau tidak sedang menunjukkan ancaman. Begitu pula masih banyaknya jalur penyelamatan yang mengalami kerusakan dan baru mendapat perhatian manakala Merapi sudah menunjukkan bahaya atau ancaman ledakan. Mengapa tidak dilakukan pembangunan pada saat kondisi Merapi tenang. Termasuk sosialisasi bencana Merapi yang dinilai masih sangat minim di kalangan masyarakat. Lebih parah lagi sosialisasi baru dilakukan ketika kondisi Merapi sudah menunjukkan kondisi bahaya. Harusnya pemerintah membuat blue sprint program sosialisasi yang lebih tertata dan terencana. Tidak diributkan manakala muncul ancaman ledakan. Untuk itulah, agar masyarakat benar-benar terlindungi dan mendapat perhatian dalam antisipasi bencana maka sudah seharusnya manajemen antisipasi bencana diubah. Sistem manajemen bencana Merapi harus bisa dilakukan secara terprogram sehingga ketika terjadi krisis tinggal melakukan penataan dan pemetaan antisipasi bencana. Tapi memang tidak bisa dipungkiri sebuah pemerintahan pasti juga memeliki sebuah proses tersendiri, memang terkadang pelaksanaannya tingkat nasional dan daerah dalam penanggulangan bencana terkadang tidak berjalan dengen semestinya. Pemerintah harus mengembangkan sistem manajemen bencana yang tangguh, yang bertumpu pada koordinasi yang efektif antarlembaga pemerintah yang terkait dengan kebencanaan.

Sumber : 
  1.  PEDOMAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
  2. UU RI NO 24/2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA
  3. PPK Depkes RI
  4. Paradigma Penanggulangan Bencana, Pujiono,2007

Minggu, 21 November 2010

Identifikasi dengan DNA

Patologi Forensik merupakan proses penentuan penyebab kematian melalui tindakan otopsi atau pemeriksaan. Dimana dalam prosesnya terdapat beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan luar, dalam dan tambahan. Dalam jangan lupa diperlukannya Inform consent dalam pemeriksaan ini baik dari penyidik ataupun dari keluarga, tergantung kasus yang berkaitan.Dalam identifikasi pasien atau korban pastilah ada data yang tepat antara ante mortem dan post mortem, sehingga identifikasi dapat jelas. Dalam pememeriksan jika ada tanda khusus korban yang sesuai dengan keluarga dapat dipastikan bahwa data identifikasi telah matching.misal dalam beberapa kasus. Dalam proses pemeriksaan beberapa kasus diperlukan proses tambahan seperti DNA misal untuk dapat mengidentifikasi korban.berbicara tentang DNA, dimana DNA merupakan kependekan dari deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat yang merupakan materi genetik yang terdapat dalam tubuh setiap orang yang diwarisi dari orang tua. DNA terdapat pada inti sel di dalam struktur kromosom dan pada mitokondria yang yang berfungsi sebagai pemberi kode untuk tiap manusia seperti untuk warna rambut, bentuk mata, bentuk wajah, warna kulit, dan lainnya. Pengenalan tentang struktur DNA diperkenalkan oleh Francis Crick, ilmuwan asal Inggris dan James Watson asal Amerika Serikat 1953.
Dalam  kepolisian, tes DNA juga digunakan untuk tes forensic dan biasanya dengan pemeriksaan sidik jari (fingertips), lalu keterangan dan hasil dari otopsi akan dilaporkan kepada penyidik (visum et repertum). Tes DNA merupakan bukti yang paling akurat untuk tes identifikasi seseorang dibanding sidik jari. Dengan tes DNA, kepolisian bisa memberi bukti autentik mengenai mayat yang sudah hancur, asalkan bisa diambil sampel jaringan pada tubuh mayat tersebut. Selain untuk mendeteksi hubungan keluarga, tes DNA juga berfungsi untuk mendeteksi suatu penyakit tertentu hingga penyakit yang kompleks. Dengan tes DNA bisa diketahui penyebab suatu penyakit apalagi yang bersifat penyakit turunan.
DNA terdiri dari 4 pasangan basa A, C, G, dan T yang merupakan lambang basa kimia adenin, sitosin (cytosine), guanin, dan timin yang merupakan komponen kimiawi yang mengandung nitrogen. Urutan basa-basa pada molekul DNA-lah yang menentukan informasi genetika yang terdapat di dalamnya. Senyawa ini membentuk ikatan yang eksklusif, di mana adenin akan selalu berpasangan dengan timin dan guanin akan selalu berpasangan dengan sitosin. Bentuk dari DNA adalah seperti spiral ganda yang menyatu dengan rapat.
Beberapa kasus diperlukan pemeriksaan Mitokondria, dimana dapat dipastikan mitokondria dari Ibu akan sama dengan anaknya karena seorang ibu menurunkan secara penuh DNA mitokondria kepada anaknya Caranya dengan membandingkan DNA mitokondria yang dimiliki korban dengan ibu kandung, nenek atau saudara kandung dari ibu. Sedangkan ayah akan mewariskan kromosom Y pada anak laki-lakinya karena memiliki kromosom Y dari XY.,berbeda dengan anak perempuan yang XX.
Cara Tes DNA dilakukan dengan mengambil sedikit bagian dari tubuh korban untuk dibandingkan dengan keluarga. Bagian yang dapat diambil untuk dicek adalah rambut, air liur, urine, cairan vagina, sperma, darah, dan jaringan tubuh lainnya. Sampel ini tidak akan berubah sepanjang hidup seseorang. Penggunaan alkohol, rokok atau obat-obatan tidak akan mengubah susunan DNA. Hasil tes DNA akan dijalankan dari pasien baru dapat dilihat 2-4 minggu. Biaya yang dibutuhkan untuk tes DNA saat ini sekitar 7 hingga 9 juta rupiah. Seperti di beberapa kota di Indonesia adanya teknologi cepat dalam pemeriksaan DNA . memang seiring berkembangnya zaman teknologi semakin maju dan telah membuat proses identifikasi semakin mudah dalam hal ini yang dapat kita pelajari lebih dalam lagi, sehingga identifikasi dan pemeriksaan DNA yang diinginkan dapat valid dan cepat proses dan hasil pemeriksaannya.